Sabtu, 21 April 2012

Pengancam!

Pengamen. Ada yang salahkah dengan pekerjaan ini. saya rasa tidak. setidaknya mereka tidak mencuri atau melakukan hal-hal lainnya yang merugikan orang lain. Mereka menjual suara mereka untuk mendapatkan uang dari para pendengar yang entah ikhlas mendengarkan suara mereka atau hanya sekadar terpaksa. Beberapa pengamen awalnya yang saya tahu dan amati berkeliaran di sepanjang jalan kota menaiki angkutan umum berupa bus atau kopaja. akan tetapi... lambat laun sekarang pengamen ada di mana saja. dari yang biasa ngider ke setiap rumah... sampai ada pula yang rela naik angkutan kota alias angkot. Profesi macam ini tak hanya digeluti oleh orang yang cukup umur bahkan anak kecil pun sekarang banyak yang berprofesi seperti ini. Hampir di sepanjang jalan ibu kota atau bahkan kota kecil tak luput dari aksi para pengamen. bagi saya pengamen sah-sah saja. toh mereka tujuannya (sebagian besar) untuk menyambung hidup. akan tetapi ada pengamen yang benar-benar tak saya suka. bahkan itu terjadi beberapa kali.

Pengamen maksa.
Pengamen model ini nih yang kadang bikin orang alias penumpang sebel. Udah nyanyinya nggak ada satu lagu. suaranya biasa-biasa aja tapi giliran penumpang yang ngsih dikit. dia ngamuk-ngamuk. mending kalau ngamuk-ngamuknya cuma ngomel doang. ini sampe ngancem. "Apalah artinya uang seribu dua ribu bagi bapak ibu ya... dari pada kami menjambret... dompet atau uang bapak ibu ya..." yah kurang lebih gitu deh kalimatnya. masih mending deh kalau itu pake nyanyi seenggaknya dia mau keluar suara. ada juga yang dia datang nggak ngamen tapi ngomong. mending yang diomongin hal-hal yang mencerahkan. ini mah yang ada ngancem.

Pengancam bukan pengamen.

biasanya mereka datang berdua. omongannya saling bersahut-sahutan. ada katra-kata kalau mereka udah biasa dipenjara. nah yang paling fatal dan bikin bete kalau salah seorang dari mereka mengeluarkan silet atau pisau kecil lalu mereka menyileti kulit tangan mereka sendiri hingga berdarah. mereka memperlihatkannya ke penumpang dan sumpah bagi saya itu nyeremin banget. Sama aja kaya maksa. kalau kita nggak ngasih pasti tangannya sama siletnya di deketin ke muka kita. awal-awal saya menghadapi hal semacam itu takut dan merasa terancam. lama-lama bodo amat. ye... tangan-tangan siapa. yang sakit siapa. kalau sampai dia berani nyilet ke arah saya. awas aja. saya nggak takut. Orang mau ngasih uang pasti nggak ada yang ikhlas tuh. semuanya ngasih karena terancam. nah kalau mereka berhasil mendapatkan uang dari penumpang saya pikir mereka akan merasa menang dan tentu saja akan melakukan hal tersebut berulang-ulang. nggak sayang sama tangan apa? tahu deh. mereka yang ngerasain sakit. udah tahu sakit pake diulang-ulang. Setiap saya ketemu sama pengancam model gini saya mah diam aja. ngelihat aja ngeri. yang ada merem sambil berdoa.
yah... benar-benar hanya ada di Indonesia deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar